“Tidak ada yang lebih totaliter daripada gabungan antara saudagar, preman dan aparat “
-Homicide (R.I.P).
Sekilas tentang Film Tropa de Elite.
Film berjudul Tropa de Elite menceritakan kawasan
kota Rio de Janeiro, Brazil Sekitar
Tahun 1997. Merupakan sebuah kota padat penduduk yang memiliki lebih dari 700
perumahan kumuh, dan menjadikan Pavela
(hunian kumuh) yang didominasi penduduk miskin, bandit dan penjahat bersenjata,
menjadi sarang bagi para gengster narkoba menjalankan aktivitasnya. Mereka
membawa AR15,Pisto-UZI, HK dan banyak lagi dalam aktifitasnya sehari - hari,
yang mana diseluruh dunia, senjata ini digunakan untuk berperang.
Sebuah kebodohan masyarakat
Brazil, dengan percaya bahwa dalam sebuah kota seperti ini, polisi akan datang
ke daerah kumuh, hanya untuk menegakkan hukum. Yang terjadi Justru sebaliknya,
para polisi tersebut malah meng"endorse" dan mensponsori mereka.
Mereka berkoalisi untuk kepentingan bisnis semata. Hingga dapat dipastikan para
polisi tersebut datang kesini hanya untuk mengambil gaji mereka. Salah satunya
transaksi senjata illegal.
Kejadian diatas hanya sebagian
kecil dari ulah polisi di negri Samba tersebut. Mereka sudah terlatih dan
terbiasa bermental korup, hingga sangat kronis dan menular. Tersistem dan
terorganisir rapih, dari atasan hingga bawahan. Berbagai penyimpangan sering
kali terjadi disana, mulai dari ulah oknum polisi yang membekingi dan jasa keamanan tempat - tempat
hiburan seperti prostitusi, klub malam, striptease,tempat aborsi, ataupun
kelambatan-kelambatan mereka saat bertugas dan kemampuan yang rendah dalam
administrasi, sampai menunda - nunda kasus hingga menumpuk. Hingga masalah
sepele seperti pungutan liar, penempatan tugas yang tidak layak bagi posisi
jujur atau yang paling bodoh misalnya mengganti sparepart mobil inventaris yang
baru dengan sparepart yang lama. Semuanya menjadi sebuah pemandangan sehari hari disana.
Pemerintah Brazil sebenarnya juga
tidak tinggal diam, mereka membuat "pasukan khusus" yang terdiri dari
para anggota perwira polisi itu sendiri, yang terpilih juga terbaik di
bidangnya. Pasukan dikenal dengan nama BOPE
(Batalhão de Operações Policiais Especiai),
atau sebuah batalion khusus kejahatan yang berfungsi menyelesaikan kasus yang
sudah tidak bisa di bereskan oleh polisi "biasa", atau bahkan kasus
yang dilakukan para polisi itu sendiri. Semacam tim SWAT nya Brazil. Yang
dengan seragam hitam berlogo pedang dan tengkorak kebanggaannya ini,siap
memangsa para outlaw yang sangat meresahkan, Seperti di salah satu soundtrack
lirik di awal Film ini, “Elite squad, a
hard nut to crack ‘they catch everyone, and they’ll also catch you”. (Lagunya
enak, tapi saya tidak berhasil melacak penyanyinya di Mr Google)
Tim BOPE dipimpin oleh seorang
Kapten berkharisma bernama Roberto
Nascimento (Wagner Moura). Seorang polisi tangguh, berintegritas tinggi,
jujur dan berani yang mempunyai motto "mission assigned is mission
accomplished". Sosok yang sangat ideal sebagai seorang Kapten. Sampai
suatu saat, Kapten Nascimento memutuskan untuk segera pensiun dini. Selain
karena dia juga sudah merasa bosan dan sudah terlalu lama berkarier, ia juga
mempunyai masalah penyakit over tempramen dan gangguan psikologis yang
dideritanya, akibat stress, depresi, dan tekanan dalam pekerjaannya sebagai
petinggi polisi jujur, yang mungkin akan dapat mengganggu kinerjanya sebagai
polisi profesional. Ditambah lagi keluhan istrinya yang sedang mengandung calon
anak pertamanya. Karena menurut nya, "Dalam perang selalu ada pengorbanan,
tapi ketika itu terlalu berharga,sudah saatnya kita mengakhiri nya", dan
itu yang dilakukan dia sekarang.
Dilemanya, ada tugas besar yang
harus diselesaikan oleh Tim BOPE sendiri pada saat itu, terkait kedatangan Sri
Paus ( Petinggi uman Katholik) ke kota Rio de Janeiro, tepatnya di pemukiman
kumuh yang jelas merupakan zona perang. Tugas Tim BOPE sendiri yaitu
mensterilkan zona - zona berbahaya tersebut agar tidak mengancam keamanan Sri
Paus.
Sebagai salah satu bukti tanggung
jawabnya, Kapten Nascimento tidak mau pergi begitu saja meninggalkan tugas, sebelum ada orang yang tepat
menggantikan posisinya. Lagi - lagi itu bukan perkara mudah, ditengah - tengah
situasi kacau yang menggerogoti tubuh kepolisian pada saat itu.Sistem yang
korup. Yaaa, Bagai mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Sebenarnya menjadi polisi disana,
mempunyai dua pilihan, antara korup seperti yang lain, atau memerangi mereka,
seperti Kapten Nascimento memilih opsi ke dua. Selain itu juga sebenarnya masih
ada minoritas polisi - polisi lain yang sama prinsip dan pemikirannya dengan
Kapten Nascimento, diantaranya dua orang
polisi baru, idealis, jujur dan berani bernama Neto Gouveia (Caio Junqueira) dan seorang kulit hitam, bernama André Matias (André Ramiro). Bedanya
Neto dan Matias tidak punya cukup kuasa untuk memerangi mereka dengan
keterbatasannya,karena selain mereka hanyalah polisi baru yang berpangkat
rendah, terkadang minoritas yang enggan
berkompromi juga hanya akan jadi bulan - bulanan mayoritas. Bahkan kejujuran
dan keberanian mereka seringkali hanya menjadi boomerang buat mereka sendiri.
Sampai suatu ketika, dalam sebuah
keadaan yang kebetulan dan tidak terduga, Matias dan Neto dipertemukan dengan Kapten Nascimento,
sehingga ia pun tertarik untuk menjadi salah satu punggawa "Tim
Khusus" BOPE. Menjadi anggota BOPE tidaklah mudah, mereka harus mengikuti
dulu "audisi" pelatihan yang bertujuan untuk memilih, menyeleksi,
sekaligus membentuk karakter seorang anggota TIM BEPO, agar tidak sama dengan
karakter polisi "biasa" lainnya disana. Mereka dilatih strategi,
berperang dan lain - lain. Sangat kejam, disiplin dan melelahkan. Salah satu
yang menarik pada bagian ini adalah bagaimana ketika Matias tertidur saat
mendengarkan "ceramah" dari sang Kapten, lalu sang Kapten mendekati
Matias dan memberikan sebuah granat aktif kepadanya sambil menarik pin granat
tersebut,lalu sang Kapten berkata kepada Matias, “jangan sampai kamu lepaskan
granat ini, karena jika kamu lepaskan, maka kamu akan mati, teman-temanmu akan
mati, dan aku pun akan terbunuh olehmu”, sebuah cara usir ngantuk yang mujarab
yang mungkin cocok di praktekan di gedung Senayan, buat para "wakil"
kita yang suka mengantuk saat sidang. Berbekal nasib, kejujuran dan keberanian,
Neto dan Matias pun akhirnya berhasil menjadi anggota Tim BEPO.
Di Brasil, seorang pria kulit
hitam biasanya miskin dan tidak memiliki banyak kesempatan, tapi lain hal
dengan Matias, Selain anggota Polisi, Matias juga tercatat sebagai Mahasiswa
Fakultas Hukum di Universitas terbaik di Rio, karena cita - cita nya menjadi
pengacara (naïf!). Menurutnya, polisi dan pengacara mempunyai misi yang sama
sebagai penegak hukum. Matias juga aktif dalam kegiatan sosial, salah satunya
dia sering terlihat "nongkrong" bersama "teman" wanitanya
di sebuah LSM di salah satu sudut Pavela Kota Rio de Janeiro, yang notabene LSM
tersebut selain di sponsori pemerintah setempat dan mahasiswa kaya, juga di
sponsori oleh salah satu petinggi gangster narkoba di kawasan tersebut bernama Baiano yang jelas - jelas benci sekali
polisi, apalagi polisi jujur seperti Matias. Makanya Matias selalu
menyembunyikan identitas dirinya sebagai anggota polisi.
Sampai akhirnya identitas nyapun
terbongkar, dan Matias menjadi salah satu Target Operasi para gengster pimpinan
Baiano tersebut, termasuk aktifis - aktifis LSM yang lain yang diduga telah menghianatinya,
ikut di bunuh, walaupun sebenarnya mereka tidak tau apa - apa. Hingga akhirnya
Baiano mendapatkan kesempatan untuk membunuh Matias, tetapi salah sasaran, sehingga Neto, teman
satu Tim di BOPE sekaligus sahabat Matias, menjadi korban hingga meninggal.
Suatu kesalahan yang fatal, mengingat Undang - undang disana kalo membunuh
anggota BOPE hukumannya adalah hukuman mati, dan ini berlaku juga buat Baiano,
yang pada akhirnya mati setelah sebelumnya sempat buron dan menjadi incaran
para anggota BOPE. Ia pun mati bukan karena persidangan Undang - undang hukuman
mati, tapi mati di tangan Matias sendiri yang marah besar karena sahabatnya
terbunuh. THE END.
Judul : Tropa de Elite (The Elite Squad)
Tahun : 2007
Durasi : 120 menit
Genre : Drama, Action & Adventure
Sutradara : Jose Padilha
Produser : José Padilha, Marcos Prado
Penulis : Bráulio Mantovani, José Padilha, Rodrigo Pimentel
Pemain : Wagner Moura, Caio Junqueira, André Ramiro, Maria
Ribeiro, Fernand Machado, Fernanda De Freitas
Sekedar Review (gak bermutu)
Secara garis besar, Film yang
terinspirasi dari sebuah buku berjudul Elite da Tropa ini, memang sangat
menarik untuk ditonton, terutama buat para penggemar Film bertema Drama,
Action, ataupun Adventure. Makanya tidak heran kalo Film ini juga menyabet banyak
penghargaan, salah satunya adalah Peraih Golden Bear untuk film terbaik. Juga
Sebagai catatan, penulis naskah film ini yaitu Rodrigo Pimentel ternyata sempat
menjadi anggota BOPE alias mantan polisi, selama dua belas tahun, makanya di
film ini terasa sangat detail cerita dan kejadian - kejadian yang di suguhkan,
termasuk transparansi semua tentang kepolisian disana, yang konon kata sang
Sutradara Jose Padilha asal brazil ini, banyak kisah yang memang di ambil dari
"true story". makanya Film ini layak di di click logo "like
this", Terlepas dari tendensi apapun dari sang penulis ataupun
Sutradaranya. Walaupun, seperti film - film komersil lainnya, Secara garis
besar, acting, adegan action dan efek, memang terlihat sederhana , juga dari sisi benang merah cerita hanya sebuah
kisah heroik biasa, dimana protagonis selalu menang mengalahkan antagonis. (
Dilihat dari penulis yang memang cuman sekedar penikmat bukan pengamat film).
Atau mungkin, ini hanya sekedar Film
propagandha cara mempromosikan citra Kepolisian disana? gak tau juga, tapi
misalpun benar, ini lumayan cukup efektif, jika dibandingkan cara - cara
promosi ala agen marketing polisi India Briptu Norman, aksi flyer photo polisi
ganteng (gak tau namanya) atau pun Briptu Eka si Polwan cantik!(kalo ini baru
inget namnanya :)), yang saya pikir, ada
sedikit banyaknya “campur tangan” dari institusi yang berkaitan. Tapi terlepas
dari semuanya, masih banyak yang menarik di film ini yang mungkin tidak akan didapat
di Film - Film dengan genre yang sama lainnya.
“Tidak ada yang lebih totaliter daripada gabungan antara saudagar, preman dan aparat “, Homicide (R.I.P).
Kutipan lirik dari salah satu
lagu diatas mungkin sangat mewakili tentang Film Tropa de Elite. Walaupun
mungkin sosok "saudagar"nya tidak di jelaskan secara langsung, namun ada beberapa bagian di film ini yang
menceritakannya, tapi ini jelas sangat berpengaruh, mengingat polisi merupakan
salah satu perpanjangan tangan dari pemilik modal. Juga mengisahkan aksi
koalisi para preman dengan aparat kepolisian, atau tentang kinerja kepolisian
yang cenderung koruktif,bekerja asal - asalan bahkan sampai melakukan tindakan kriminal.
Tindak kriminal para
"punggawa" kepolisian disana juga ternyata sudah menjarah ke berbagai
bidang kehidupan masyarakat sehari - hari, mulai dari kasus kelas teri sampai
kelas kakap. Mulai dari tukang palak, uang pelicin sampai penyelundupan
senjata. Mungkin kasus - kasus seperti
pembuatan SIM, STNK, BPKB, polisi noban, perut gendut sampai rekening gendut
atau kasus kakap seperti alat simulator SIM (yang melibatkan Inspektur Jenderal
Kepolisian), juga ada ya disana, who knows??!!
Salah satu yang paling menarik di
Film ini adalah masalah pencitraan
polisi. Dimana masyarakat (termasuk mahasiswa) disana sudah tidak percaya lagi
dengan yang namanya Institusi Kepolisian. Ini bukan tanpa alasan, polisi yang
seharusnya mengayomi, melayani, serta melindungi masyarakat. justru malah yang
terjadi sebaliknya. Meresahkan masyarakat. Karena masyarakat sudah tidak
merasakan manfa’at dan fungsi dari keberadaan polisi itu sendiri. yang bahkan
dalam kenyataannya bertolak belakang bahkan jauh lebih parah. (mungkin kalo ini
film Indonesia, lagu “mosi tidak percaya”
efek rumah kaca, cocok buat soundtrack pembuka di awal film,hehe..).
Sebagai contoh disini diceritakan
sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Sosial, yang berada di tengah - tengah
hunian kumuh salah satu sudut Pavela Kota Rio de Janeiro . Yang mana ironisnya, LSM sosial tersebut juga
di sponsori oleh salah satu organisasi preman (gengster narkoba). Maka tak
heran jika masyarakat di kawasan tersebut lebih bisa menerima keberadaan para preman
dibanding aparat kepolisian, terlepas dari efek yang di timbulkan oleh preman
tersebut (Biasanya merupakan sebuah penyamaran lembaga donor atau pun aksi
money loundry , dan saya pikir itu cukup kreatif dan efektif). Ini mungkin
memang sebuah contoh kasus yang buruk,
tapi dibalik itu, ada sebuah pembelajaran sebagai tugas besar buat kepolisian
disana, atau mungkin di dunia, yaitu untuk
bisa lebih dekat dan mengambil hati masyarakat, agar tidak ada lagi persepsi
dan asumsi miring yang berkembang di tengah - tengah masyarakat, sehingga tidak
akan ada "pihak" tertentu yang memanfaatkan kesempatan ini.
Satu yang menarik lagi lainnya
adalah tentang suatu “sistem” yang ada di tubuh kepolisian di sana pada saat
itu. Sistem koruktif yang sudah melembaga. “Sistem” yang memang terkoordinasi
rapih mulai dari atasan sampai bawahan, dari Jendral sampai Kopral, dari yang
dangkal sampai yang fatal. “Sistem” Ini semacam "lumbung dosa
turunan", yang memang sulit orang “biasa” untuk menghindarinya apalagi
mengubahnya. Hanya orang “luar biasa” saja yang bisa menghindarinya seperti
tokoh Kapten Nascimento ataupun Matias, Semoga ini bisa terjadi juga di
kehidupan nyata, bukan sekedar ceria fiksi.
Kejadian seperti film diatas
memang bisa terjadi pada siapa saja dan di Negara mana saja termasuk di
Indonesia. Dan Ini sebenarnya bukan hanya “sentilan” untuk di kepolisian saja sebagai
satu unit bergengsi yang ada di struktur pemerintahan, tapi bisa di lembaga -
lembaga atau unit pemerintah lainnya yang memang sudah ter"sistem"
seperti itu. Bahkan katanya, “ sistem” itu bisa membuat orang dikucilkan, di
gilas, bahkan mati jika orang itu tidak
mau berkompromi dengan “ sistem” tersebut. Itu juga katanya yaaa, karena untungnya saya
tidak berada di dalam sistem tersebut, kalo mengalami dampaknya mungkin iya. Seperti
ada nasihat bijak yang mengatakan, “Jika
kalian tak pernah bermasalah dengan polisi, ada dua kemungkinan, yang pertama kalian
tak pernah hidup di Indonesia atau kalian bagian dari mereka dan diuntungkan
oleh eksistensi mereka”. Sekali lagi, “KATANYA”.
Ngomongin masalah sistem, Ini berhubungan juga dengan yang namanya “mental”,
yang memang sudah dilatih dari atasn – atasan nya sehingga secaara otomatis
menekan kebawah. Atau juga “warisan” dari zaman penguasa – penguasa dulu, misalnya
saja seperti zaman “kakek” yang poto senyum manisnya terpampang pada profile
ficture uang 50 ribuan zaman dulu. Tapi disini tidak dibahas lebih jauh masalah
itu, karena itu akan sangat panjang sekali, sama panjang nya dengan list kasus –
kasus yang dilakukan aparat kepolisian disana. Disana yaa, bukan disini ;).
Atau mungkin Juga masalah moral
seperti kejujuran yang sudah seharusnya jadi modal utama mereka sebagai “pelayan”
masyarakat, tapi memang sangat sulit dilakukan oleh seorang “manusia biasa”
ditengah – tengah sistem yang memang
permanen seperti itu , yang walaupun kadang saya lupa jika mereka juga
manusia. Bahkan Almarhum Gusdur pernah berkelakar, “Hanya tiga polisi yang jujur, yakni patung
polisi , polisi tidur, dan Pak Hoegeng” , untuk nama yang terakhir, saya juga
tidak begitu yakin, karena selain dia juga manusia, saya juga bukan pengamat
dan tidak tertarik dengan tokoh – tokoh kepolisian.
Jadi intinya Sebagai solusi
bagaimana cara kita agar tidak terjerumus kedalam “sistim” yang seperti itu
yaitu dengan cara kita tidak masuk ke dalam "sistem" itu.Titik. Untuk
yang sudah terlanjur, ya sudahlah nikmati aja, dan selamat bersenang – senang!
Kembali lagi ke masalah film Tropa de Elite, mungkin memang cerita
diatas hanya sekedar rekayasa film semata, tetapi kenyataannya tidak seperti
itu. Mungkin bisa jauh lebih parah dari itu,lho!. Satu hal yang perlu di garis
bawah, bahwa secara tidak langsung, sistem
korup ini adalah penyebab utama mengapa timbul ketidakprofesionalan dalam etos
bekerja, dan ini akan berlangsung terus secara turun temurun sampai ke generasi
berikutnya. dan inget baik – baik, bahwa fungsi Polisi seharusnya SEBAGAI PEMBERI PELAYANAN
MASYARAKAT, BUKAN DILAYANI MASYARAKAT.
Sebagai penutup, marilah kita
berdo’a agar Bapak – bapak kepolisian di
Negara ini dijauhkan dari sifat – sifat yang
sedemikian.
Sekian dan Terimakasih.